Powered By Blogger

Kamis, 20 Oktober 2011

PROSPEK PENGEMBANGAN AGRIBISNIS TERONG UNGU PADA USAHATANI KEBUN SEMANGAT DESA OEMASI KECAMATAN NEKAMESE KABUPATEN KUPANG

1.1 Latar Belakang
Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) secara klimatologi beriklim kering yang ditandai dengan rata-rata curah hujan relatif kecil yaitu berkisar antara 1.200 – 1600 mm/tahun dan rata rata jumlah hari hujan 100/tahun dengan suhu udara rata-rata berkisar antara 210 – 340C. Topografi NTT didominasi oleh daerah bergunung dan berbukit-bukit. Kondisi ini diperparah oleh sifat tanah yang muah longsor sehingga cukup sulit untuk mengembangkan suatu jenis usahatani (BPS, NTT). Masyarakat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan usahatani tanaman pangan (Padi, Jagung, dan umbi-umbian) pada lahan kering yang masih bersifat tradisional dan umumnya hanya sekali panen dalam setahun.

Para petani dalam mengelola usahataninya senantiasa mengarah pada peningkatan produksi, tetapi upaya peningkatan produksi tersebut tidak memperhatikan aspek-aspek konservasi tanah dan air. Hal ini mengakibatkan turunya kondisi fisik dan produktivitas lahan sehingga pendapatan perkapita dari hasil usahataninya turut mengalami penurunan. Alternatifnya adalah para petani akan berusaha untuk mencari pekerjaan di kota meskipun dengan upah yang sangat rendah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Berdasarkan kondisi seperti ini, perlu diterapkan model usahatani dengan membudidayakan tanaman usahatani secara polikultur yang memberikan manfaat multi guna bagi petani. Tanaman yang memiliki daya tahan terhadap kekeringan, mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan, memiliki kemampuan konservasi tanah dan air sehingga dapat meningkatkan nilai gizi masyrakat serta hasilnya juga mampu meningkatkan pendapatan petani.

Tanaman hortikulutura mempunyai andil yang tidak kecil dalam proses pembangunan. Peranannya bukan hanya nyata sebagai penyerap tenaga kerja dan memberi peluang baru bagi terbukanya kesempatan berusaha, namun juga sangat besar makna produksinya dalam pemenuhan kebutuhan masyrakat. Tanaman hortikultura merupakan salah satu mata dagang eksport non migas yang sangat potensial di pasaran.

Salah satu tanaman hortikulturan yang dapat digunakan adalah terong ungu. Terong ungu dipilih untuk dikembangkan di kawasan ini karena terung memiliki serat daging yang halus dan lembut sehingga rasanya enak saat dikonsumsi sebagai bahan makanan. Terung memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi. Dalam tiap 100 gram terung segar terdapat kandungan zat sebagai berikut : 24 kal kalori, 1,1g protein, 0,2g lemak, 5,5g Krbohidrat, 15,0mg kalsium, 37,0mg fosfor, 0,4mg besi, 4,0SI Vitamin A, 5mg Vitamin C, 0,04 vitamin B1, 92,7g air. Terung yang dimanfaatkan untuk hidangan makanan adalah buahnya. Bila dimasak terung akan menjadi layu dan menjadi lebih nikmat disantap. Terung dikonsumsi setelah disayur, digoreng atau untuk lalapan langsung dalam keadaan mentah. Terung memiliki bentuk dan warna yang sangat menarik yaitu ungu mengkilap sehingga menarik perhatian orang untuk membeli. Terung dapat dipergunakan sebagai obat diantaranya untuk mengobati wasir. Beberapa jenis yang lain seperti terung Belanda berkhasiat mengobati penyakit tekanan darah rendah, menghilangkan gatal pada kulit, obat cuci perut dan mengeringkan kulit muka berlemak. Terung perat yang dibakar menyembuhkan penyakit kulit sementara bagian akarnya dapat mengobati sakit gigi. Terung ranti akarnya dipergunakan membalur luka. Terung mempunyai banyak khasiat disebabkan adanya kandungan alkaloid solanin. Disamping itu terdapat juga senyawa solasodin yang dapat dipergunakan sebagai pencegah kehamilan.

Salah satu usahatani yang sedang menggalakkan pengembanagan terong ungu untuk dijadikan komoditi andalan adalah usahatani “Kebun Semangat” desa Oemasi, Kecamatan Nekamese, Kabupaten Kupang. Usahatani “Kebun Semangat” adalah usahatani milik keluarga serta kawasan ini mengembangkan usahatani secara polikultur. Oleh karena itu usahatani terong ungu adalah salah satu komoditi yang memiliki prospek pengembangan yang baik di masa mendatang.

Terong ungu termasuk tanaman yang berproduksi musiman dan diusahakan dalam skla kecil yang mengusahakan dengan pola tanam polikultur. Sehubungan dengan keberhasilan usaha yang tidak menentu serta proses pemasaran yang belum memadai seperti hadirnya sebuah pasar induk untuk tanaman hortikulutura menyebabkan usahatani ragu menerapkan teknologi tepat guna dalam pengusahaan komoditi tersebut. Hal ini tentunya akan berakibat pada hasilnya yang beraneka ragam dalam bentuk, ukuran dan jumlah produksinya.

Oleh karena itu, perlu diketahui produktivitas tanaman terong ungu, berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani terong ungu dan berapa besar pengaruh serta prospek pengembangannya di usahatani “Kebun Semangat”.



1.2 Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat ditarik masalah sebagai berikut:
1. Faktor-faktor apa sajakah yang berpengaruh terhadap produktivitas usahatani terong ungu di “Kebun Semangat”?
2. Bagaimana produktivitas usahatani terung ungu di “Kebun Semangat”?
3. Bagaimana prospek pengembangan usahatani terong ungu di “Kebun Semangat”?

1.3 Tujuan dan Kegunaan
proposal ini bertujuan:
1. Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas usahatani terong ungu di “Kebun Semangat” desa Oemasi Kecamatan Nekamese, Kabupaten Kupang.
2. Mengetahui produktivitas usahatani terong ungu di “Kebun Semangat” desa Oemasi, Kecamatan Nekamese, kabuapaten Kupang
3. Mengetahui prospek pengembangan usahatani terung ungu di “Kebun Semangat” desa Oemasi, Kecamatan Nekamese, Kabupaten Kupang.

Kegunaan:
1. Sebagai bahan informasi bagi petani, pihak yayasan, serta mahasiswa khususnya yang berkaitan dengan usahatani terong ungu secara tepat
2. Sebagai salah satu wadah untuk melatih kerja mandiri dan menambah pengalaman di lapangan bagu mahasiswa.

Perubahan Sosial membentuk Eksistensi Keluarga

Pendahuluan
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk individu yang tidak dapat melepaskan diri dari hubungan dengan manusia lain. Sebagai akibat dari hubungan yang terjadi di antara individu-individu (manusia) kemudian lahirlah kelompok-kelompok sosial (social group) yang dilandasi oleh kesamaan-kesamaan kepentingan bersama. Namun bukan berarti semua himpunan manusia dapat dikatakan kelompok sosial. Untuk dikatakan kelompok sosial terdapat persyaratan-persyaratan tertentu. Dalam kelompok social yang telah tersusun susunan masyarakatnya akan terjadinya sebuah perubahan dalam susunan tersebut merupakan sebuah keniscayaan. Karena perubahan merupakan hal yang mutlak terjadi dimanapun tempatnya.
Perubahan sosial adalah perubahan dalam hubungan interaksi antar orang, organisasi atau komunitas, ia dapat menyangkut “struktur sosial” atau “pola nilai dan norma” serta “peran”. Dengan demikian, istilah yang lebih lengkap mestinya adalah “perubahan sosial-kebudayaan” karena memang antara manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat dipisahkan dengan kebudayaan itu sendiri.
Cara yang paling sederhana untuk mengerti perubahan sosial (masyarakat) dan kebudayaan itu, adalah dengan membuat rekapitulasi dari semua perubahan yang terjadi di dalam masyarakat itu sendiri. Kenyataan mengenai perubahan-perubahan dalam masyarakat dapat dianalisa dari berbagai segi diantaranya: ke “arah” mana perubahan dalam masyarakat itu “bergerak” (direction of change)”. Kebanyakan definisi membicarakan perubahan dalam arti yang sangat luas. Wilbert Moore misalnya, mendefinisikan perubahan sosial sebagai “perubahan penting dari stuktur sosial” dan yang dimaksud dengan struktur sosial adalah “pola-pola perilaku dan interaksi sosial”. Dengan demikian dapat diartikan bahwa perubahan social dalam suatu kajian untuk melihat dan mempelajari tingkah laku masyarakat dalam kaitannya dengan perubahan.

B. Perumusan Masalah
1. Apa definisi dari perubahan sosial dalam masyarakat dan bagaimana pendapat para ahli tentang perubahan sosial?
2. Faktor – faktor apa yang mempengaruhi perubahan sosial?
3. Bagaimana cara keluarga dalam menghadapi perubahan sosial?

C. Tujuan dan Kegunaan
1. Tujuan
a. Untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh dalam perubahan sosial
b. Untuk mengetahui peranan keluarga dalam membina keluarga

2. Kegunaan
Adapun kegunaan dari penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai bahan masukan bagi pihak masyrakat, pemerintah dan yayasan.


PEMBAHASAN
Definisi Perubahan Sosial
Perubahan sosial adalah proses di mana terjadi perubahan struktur dan fungsi suatu sistem sosial. Perubahan tersebut terjadi sebagai akibat masuknya ide-ide pembaruan yang diadopsi oleh para anggota sistem sosial yang bersangkutan. Proses perubahan sosial biasa tediri dari tiga tahap:
• Invensi, yakni proses di mana ide-ide baru diciptakan dan dikembangkan
• Difusi, yakni proses di mana ide-ide baru itu dikomunikasikan ke dalam sistem sosial.
• Konsekuensi, yakni perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem sosial sebagai akibat pengadopsian atau penolakan inovasi. Perubahan terjadi jika penggunaan atau penolakan ide baru itu mempunyai akibat.
Dalam menghadapi perubahan sosial budaya tentu masalah utama yang perlu diselesaikan ialah pembatasan pengertian atau definisi perubahan sosial (dan Wilbert E. Maore, Order and Change, Essay in Comparative Sosiology, New York, John Wiley & Sons, 1967 : 3. perubahan kebudayaan) itu sendiri. Ahli-ahli sosiologi dan antropologi telah banyak membicarakannya.
Menurut Max Weber dalam Berger (2004), bahwa, tindakan sosial atau aksi sosial (social action) tidak bisa dipisahkan dari proses berpikir rasional dan tujuan yang akan dicapai oleh pelaku. Tindakan sosial dapat dipisahkan menjadi empat macam tindakan menurut motifnya: (1) tindakan untuk mencapai satu tujuan tertentu, (2) tindakan berdasar atas adanya satu nilai tertentu, (3) tindakan emosional, serta (4) tindakan yang didasarkan pada adat kebiasaan (tradisi).
Anonim dalam Media Intelektual (2008) mengungkapkan bahwa, aksi sosial adalah aksi yang langsung menyangkut kepentingan sosial dan langsung datangnya dari masyarakat atau suatu organisasi, seperti aksi menuntut kenaikan upah atau gaji, menuntut perbaikan gizi dan kesehatan, dan lain-lain. Aksi sosial adalah aksi yang ringan syarat-syarat yang diperlukannya dibandingkan dengan aksi politik, maka aksi sosial lebih mudah digerakkan daripada aksi politik. Aksi sosial sangat penting bagi permulaan dan persiapan aksi politik. Dari aksi sosial, massa/demonstran bisa dibawa dan ditingkatkan ke aksi politik. Aksi sosial adalah alat untuk mendidik dan melatih keberanian rakyat. Keberanian itu dapat digunakan untuk: mengembangkan kekuatan aksi, menguji barisan aksi, mengukur kekuatan aksi dan kekuatan lawan serta untuk meningkatkan menjadi aksi politik. Perubahan sosial merupakan sebuah keputusan bersama yang diambil oleh anggota masyarakat. Konsep dinamika kelompok menjadi sebuah bahasan yang menarik untuk memahami perubahan sosial. Kurt Lewin dikenal sebagai bapak manajemen perubahan, karena ia dianggap sebagai orang pertama dalam ilmu sosial yang secara khusus melakukan studi tentang perubahan secara ilmiah. Konsepnya dikenal dengan model force-field yang diklasifikasi sebagai model power-based karena menekankan kekuatan-kekuatan penekanan. Menurutnya, perubahan terjadi karena munculnya tekanan-tekanan terhadap kelompok, individu, atau organisasi. Ia berkesimpulan bahwa kekuatan tekanan (driving forces) akan berhadapan dengan penolakan (resistences) untuk berubah. Perubahan dapat terjadi dengan memperkuat driving forces dan melemahkan resistences to change.
Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan. Hirschman mengatakan bahwa kebosanan manusia sebenarnya merupakan penyebab dari perubahan.
Perubahan sosial budaya terjadi karena beberapa faktor. Di antaranya komunikasi; cara dan pola pikir masyarakat; faktor internal lain seperti perubahan jumlah penduduk, penemuan baru, terjadinya konflik atau revolusi; dan faktor eksternal seperti bencana alam dan perubahan iklim, peperangan, dan pengaruh kebudayaan masyarakat lain.
Ada pula beberapa faktor yang menghambat terjadinya perubahan, misalnya kurang intensifnya hubungan komunikasi dengan masyarakat lain; sifat masyarakat yang sangat tradisional; ada kepentingan-kepentingan yang tertanam dengan kuat dalam masyarakat; prasangka negatif terhadap hal-hal yang baru; rasa takut jika terjadi kegoyahan pada masyarakat bila terjadi perubahan; hambatan ideologis; dan pengaruh adat atau kebiasaan.
Teori Barrington Moore
Teori yang disampaikan oleh Barrington Moore berusaha menjelaskan pentingnya faktor struktural dibalik sejarah perubahan yang terjadi pada negara-negara maju. Negara-negara maju yang dianalisis oleh Moore adalah negara yang telah berhasil melakukan transformasi dari negara berbasis pertanian menuju negara industri modern. Secara garis besar proses transformasi pada negara-negara maju ini melalui tiga pola, yaitu demokrasi, fasisme dan komunisme.
Demokrasi merupakan suatu bentuk tatanan politik yang dihasilkan oleh revolusi kaum borjuis. Pembangunan ekonomi pada negara demokrasi hanya dilakukan oleh kaum borjuis yang terdiri dari kelas atas dan kaum tuan tanah. Masyarakat petani atau kelas bawah hanya dipandang sebagai kelompok pendukung saja, bahkan seringkali kelompok bawah ini menjadi korban dari pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara tersebut. Fasisme dapat berjalan melalui revolusi konserfatif yang dilakukan oleh elit konservatif dan kelas menengah. Koalisi antara kedua kelas ini yang memimpin masyarakat kelas bawah baik di perkotaan maupun perdesaan. Negara yang memilih jalan fasisme menganggap demokrasi atau revolusi oleh kelompok borjuis sebagai gerakan yang rapuh dan mudah dikalahkan. Jepang dan Jerman merupakan contoh dari negara yang mengambil jalan fasisme. Komunisme lahir melalui revolusi kaun proletar sebagai akibat ketidakpuasan atas usaha eksploitatif yang dilakukan oleh kaum feodal dan borjuis. Perjuangan kelas yang digambarkan oleh Marx merupakan suatu bentuk perkembangan yang akan berakhir pada kemenangan kelas proletar yang selanjutnya akan mwujudkan masyarakat tanpa kelas. Perkembangan masyarakat oleh Marx digambarkan sebagai bentuk linear yang mengacu kepada hubungan moda produksi. Berawal dari bentuk masyarakat primitif (primitive communism) kemudian berakhir pada masyarakat modern tanpa kelas (scientific communism). Tahap yang harus dilewati antara lain, tahap masyarakat feodal dan tahap masyarakat borjuis. Marx menggambarkan bahwa dunia masih pada tahap masyarakat borjuis sehingga untuk mencapai tahap “kesempurnaan” perkembangan perlu dilakukan revolusi oleh kaum proletar. Revolusi ini akan mampu merebut semua faktor produksi dan pada akhirnya mampu menumbangkan kaum borjuis sehingga akan terwujud masyarakat tanpa kelas. Negara yang menggunakan komunisme dalam proses transformasinya adalah Cina dan Rusia.
Teori Perilaku Kolektif
Teori perilaku kolektif mencoba menjelaskan tentang kemunculan aksi sosial. Aksi sosial merupakan sebuah gejala aksi bersama yang ditujukan untuk merubah norma dan nilai dalam jangka waktu yang panjang. Pada sistem sosial seringkali dijumpai ketegangan baik dari dalam sistem atau luar sistem. Ketegangan ini dapat berwujud konflik status sebagai hasil dari diferensiasi struktur sosial yang ada. Teori ini melihat ketegangan sebagai variabel antara yang menghubungkan antara hubungan antar individu seperti peran dan struktur organisasi dengan perubahan sosial.
Teori Inkonsistensi Status
Stratifikasi sosial pada masyarakat pra-industrial belum terlalu terlihat dengan jelas dibandingkan pada masyarakat modern. Hal ini disebabkan oleh masih rendahnya derajat perbedaan yang timbul oleh adanya pembagian kerja dan kompleksitas organisasi. Status sosial masih terbatas pada bentuk ascribed status, yaitu suatu bentuk status yang diperoleh sejak dia lahir. Mobilitas sosial sangat terbatas dan cenderung tidak ada. Krisis status mulai muncul seiring perubahan moda produksi agraris menuju moda produksi kapitalis yang ditandai dengan pembagian kerja dan kemunculan organisasi kompleks.
Komunikasi
Dalam aktifitas sehari-hari komunikasi sangat berperan penting setiap dinamika kehidupan dikarenakan Melalui komunikasi intrapribadi kita berbicara dengan diri sendiri, mengenal diri sendiri, mengevaluasi diri sendiri tentang ini dan itu, mempertimbangkan keputusan-keputusan yang akan diambil dan menyiapkan pesan-pesan yang akan kita sampaikan kepada orang lain. Melalui komunikasi antar pribadi kita berinteraksi dengan orang lain, mengenal mereka dan diri kita sendiri, dan mengungkapkan diri sendiri kepada orang lain. Apakah kepada pimpinan, teman sekerja, teman seprofesi, kekasih, atau anggota keluarga, melalui komunikasi antar pribadilah kita membina, memelihara, kadang-kadang merusak dan ada kalangnya memperbaiki) hubungan pribadi kita.











Komponen Komunikasi
Lingkungan komunikasi
1. Fisik,
2. Sosial-psikoilogi
3. Temporal (waktu)
Ketiga dimensi lingkungan ini saling berinteraksi membentuk identitas seseorang; masing-masing mempengaruhi dan dipengaruhi oleh yang lain. Sebagai contoh, terlambat memenuhi janji dengan seseorang (dimensi temporal), dapat mengakibatkan berubahnya suasana persahabatan-permusuhan (dimensi sosial-psikologis), yang kemudian dapat menyebabkan perubahan kedekatan fisik dan pemilihan rumah makan untuk makan malam (dimensi fisik). Perubahan-perubahan tersebut dapat menimbulkan banyak perubahan lain.
Ada empat tujuan atau motif komunikasi yang perlu dikemukakan di sini. Motif atau tujuan ini tidak perlu dikemukakan secara sadar, juga tidak perlu mereka yang terlibat menyepakati tujuan komunikasi mereka. Tujuan dapat disadari ataupun tidak, dapat dikenali ataupun tidak. Selanjutnya, meskipun. teknologi komunikasi berubah dengan cepat dan drastis (kita mengirimkan surat elektronika, bekerja dengan komputer, misalnya) tujuan komunikasi pada dasarnya tetap sama, bagaimanapun hebatnya revolusi elektronika dan revolusi-revolusi lain yang akan datang.
1. Menemukan
2. Untuk berhubungan
3. Untuk meyakinkan
4. Untuk bermain


Mengetahui Orang Lain: Kognisi Sosial
Ajaran-ajaran buku suci mengajarkan manusia untuk mengetahui atau mengenali orang atau kelompok sosial lainya. Masyarakat tersusun dengan susunan yang majemuk. Setiap anggota masyarakat memiliki fungsi masing-masing yang harus dijalankan demi tercapainya dinamika sosial yang harmonis.
Interaksi sosial ini menjadi lebih harmonis jika manusia saling mengenal karakteristik pihak lain. Dengan pemahaman ini manusia dapat meramalkan bagaimana orang lain berpikir, merasakan dan berperilaku. Kemampuan unruk memahami karakteristik sosial ini dikenal dengan kognisi sosial yang mencakup cara berpikir seseorang tentang diri sendiri dan orang lain.
Hubungan interaksi yang positif akan mendorong perubahan yang sehat. Lapisan mikrosistem yang terpenting adalah lingkungan keluarga. Ini mengajarkan pentingnya membina kasih sayang dan hubungan positif di dalam keluarga. Hubungan ini bersifat timbal balik. Orang tua berkewajiban untuk menyanyangi keluarga dan mendidik anak-anaknya dengan adil untuk mendapatkan perubahan yang optimis. Lapisan mikrosistem lain yang juga penting adalah tetangga. Tetangga adalah lingkungan di sekitar rumah yang sering berinteraksi secara sosial. Hubungan yang baik dengan tetangga merupakan suatu kebahagiaan, sehinngga harus dipelihara dengan baik.
Lapisan mikrosistem lain yang juga penting bagi anak adalah lingkungan sekolah. Pada lingkungan ini, anak mencoba untuk menuntut ilmu dan memperoleh pendidikan bagi masa depannya.
Tepat setelah mikrosistem terdapat lapisan mesosistem. Lapisan ini memberikan pengaruh pada struktur mikrosistem anak. Hubungan antarindividu bisa berinteraksi langsung dengan anak dan dapat memengaruhi anak. Misalnya hubungan antara orang tua anak dan guru di sekolah. Segala hubungan dalam mesosistem juga merupakan perantara antara mikrosistem dan eksosistem seperti yang dialami individu.
Eksosistem didefinisikan sebagai sistem sosial yang lebih besar yang tidak memiliki fungsi langsung terhadap anak. Unit ini tidak memiliki pengaruh signifikan yang langsung pada anak, namun struktur dalam lapisan ini memengaruhi anak melalui interaksi dengan struktur dalam mikrosistem. Anak dapat merasakan dorongan positif atau negatif yang melibatkan interaksi dengan sistemnya sendiri.
Makrosistem merupakan lapisan paling luar dari lingkungan anak. Lapisan ini terdiri dari struktur nilai-nilai budaya, etika, adat istiadat dan hukum peraturan. Media massa, praktik dan keberadaan pelayanan sosial tertentu yang ada juga mengatur hubungan sosial, namun dalam bentuk gambaran besar yang tidak selalu lansung bermanfaat. Prinsip-prinsip umum yang didefinisikan oleh makrostruktur membawa pengaruh berurutan pada seluruh lapisan lainnya.
Struktur dalam lapisan-lapisan sistem di atas memiliki dimensi waktu yang berhubungan dengan lingkungan anak. Dimensi waktu dalam lapisan-lapisan tersebut disebut sebagai kronosistem. Elemen dalam kronosistem ini dapat bersifat eksternal seperti saat meninggalnya orang tua, atau internal seperti perubahan fisiologis yang terjadi karena kematangan anak.
Keluarga merupakan agen sosial pertama yang memberikan dasar pembentukan kepribadian anak. Melalui keluarga, baik keluarga inti atau keluarga besar, anak pertama mempelajari kepercayaan, sikap, nilai-nilai dan perilaku yang sesuai dengan masyarakatnya.
Demikian pentingnya pengaruh orang tua terhadap anak-anaknya. Banyak penelitian psikologi perubahan yang melihat bagaimana cara orang tua mengasuh anak dapat memengaruhi kepribadian anak. Cara pengasuhan anak dibagi atas dimensi penerimaan/ penanggapan dan penuntutan/ kontrol. Dimensi ini memperlihatkan adanya empat jenis cara pengasuhan orang tua yang meliputi pola asuh otoritatif, otoriter, permisif dan tidak terlibat.
Pola asuh otoritatif merupakan gaya pengasuhan yang fleksibel, dimana orang tua memberi anak otonomi. Pola asuh otoriter merupakan pola yang sangat mengikat di mana orang tua memberi banyak aturan bagi anak-anaknya. Pola asuh yang permisif merupakan pola di mana orang tua hanya sedikit memberikan batasan pada anak atau orang tua jarang mengontrol perilaku anak. Sedang pola asuh yang tidak peduli adalah cara pengasuh yang keras dan sangat permisif seperti orang tua tidak memperhatikan anaknya dan masa depannya.
Sewaktu anak-anak lebih besar, ruang pergaulan mereka semakin bertambah luas. Mereka biasanya bergaul dengan teman-teman sebaya. Teman sebaya merupakan dunia kedua bagi anak dengan interaksi yang bersifat sederajat. Keinginan untuk berinterakasi dengan teman sebaya dengan mencarim perhatian dan pengakuan, telah muncul pada pertengahan tahun pertama. Pada usia tersebut, anak mulai berinteraksi dan kemudian menjadi lebih majemuk bahkan terkoordinasi. Mereka dapat meniru satu sama lain, melakukan peran sosial dalam permainan sederhana dan kadang melakukan koordinasi untuk mencapai tujuan mereka.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari penulisan di atas ialah:
1. Perubahan yang terjadi pada masyarakat disebut dengan perubahan sosial. Perubahan itu mengenai pakaian, alat transportasi, pertambahan penduduk, ataupun tingkah laku anak muda. Pada beberapa pemikir terdapat tiga tipe perubahan yaitu: perubahan peradaban, perubahan budaya dan perubahan sosial. Perubahan peradaban biasanya dikaitkan dengan perubahn-perubahan elemen atau aspek yang lebih bersifat fisik, seperti transportasi, persenjataan, jenis-jenis bibit unggul yang ditemukan, dan sebagainya.
2. Mengetahui orang lain
Manusia harus mengetahui atau mengenali orang lain yaitu dengan interaksi sosial. Dengan interaksi sosial maka dapat saling mengenal karakteristik pihak lain.

Daftar Pustaka
Dankfsugiana. 2008. KONSEP DASAR KOMUNIKASI SOSIAL DAN PEMBANGUNAN.http://dankfsugiana.wordpress.com/2008/04/22/konsep-dasar-komunikasi-sosial-dan-pembangunan/ [02 Oktober 2011]

Makalah Perubahan Sosial. http://syair79.wordpress.com/2009/04/17/makalah-perubahan-sosial/ [02 Oktober 2011]

Perubahan sosial dan perubahan kebudayaan. http://www.gexcess.com/id/pages/perubahan%11sosial.html[02 Oktober 2011]

R. Wayne Pace, Don F. Faulos, 2002, Komunikasi Organisasi: Strategi meningkatkan kinerja perusahaan (editor Deddy Mulyana, MA, Ph.D.), PT Remaja Rosdakarya, Bandung